Murid kelas
dua dan yang lebih tua di Akademi akan ditempatkan ke dalam ruangan kelas yang
terpisah, mulai dari kelas A hingga kelas F, dan dibagi berdasarkan hasil ujian
kelas. Mudahnya, di Kelas A ada anak jenius, dan anak yang paling idiot pasti
ada di Kelas F, bersama dengan orang-orang di antaranya. Kemampuan intelejen
akan ditandai oleh kelas mana kau berada. Untuk melindungi harga diriku sebagai
lelaki, aku akan melakukan apapun agar tidak berakhir di Kelas F."
"Revo,
sesungguhnya..."
"Hmm?"
Amplopnya
dilem rekat sekali, aku masih berusaha membukanya.
"Setelah
setahun mengamatimu, aku sudah lama berpikir: Apakah Revo seorang idiot?"
"Bapak
jelas salah tentang itu. Aku sudah akan menambahkan 'Bodoh' pada julukanmu bila
kau serius tentang itu."
Aku tidak
sedang berusaha untuk menjilat. Aku memang tidak belajar banyak saat ujian
kemarin, tapi aku rasa aku bisa mengerjakan ujiannya. Pastinya, beliau sudah
mengubah opini tentangku ketika dia melihat hasilku.
"Benar.
Saat aku melihat hasilmu, aku tersadar betapa kelirunya aku dulu."
"Aku
senang mendengarnya, Pak."
Aku tetap
tidak bisa membukanya. Sepertinya aku harus merobek bagian atasnya.
Di kelas
mana aku akan berada? Apakah kelas D? Atau kelas C?
"Bahagialah,
Revo. Kecurigaanku padamu sudah berakhir."
Aku membuka
lembaran hasil di dalamnya, dan membaca tulisan di atasnya:
"Revo Rivaldo - Kelas F"
"Kau memang
idiot."
Demikian,
hidupku di kelas terparah dimulai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar